Wednesday, January 20, 2010

BENARKAH ADA PREDESTINASI

Ada kelompok-kelompok yang sangat mempercayai Predestinasi, yaitu Tuhan sudah menentukan kita secara individu-individu, yang kemudian menjadi kelompok umat yang selamat, dan hal ini telah ditetapkan oleh Tuhan, malahan sebelum dunia dijadikan.

Ayat inti yang dipakai adalah Efesus 1:4-5:

“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, “ (LAI)

Dengan membaca ayat di atas, marilah kita merenungkan dengan dalam-dalam maksud dari ayat-ayat di atas dengan menanyakan beberapa pertanyaan agar hal ini lebih jelas.

1. Apakah umat Tuhan (yang disebut dengan kata “kita” dalam ayat 4) atau kelompok yang disebut anak-anak-Nya pada ayat 5, ini terbentuk karena Tuhan secara mutlak sudah memilih individu-individu yang akan diselamatkan, dan gabungan individu-individu inilah yang membentuk umat yang selamat.

2. Atau apakah umat Tuhan (yang disebut dengan kata “kita” dalam ayat 4) terbentuk karena Tuhan sudah menetapkan syarat-syarat sebagai umat pilihan-Nya, dan individu-individu yang memenuhi kondisi itu, pada akhirnya menjadi umat yang diselamatkan.

Marilah kita sekarang merenungkan perbedaan dari kedua konsep di atas.

1. Apakah Tuhan sudah menetapkan individu-individu untuk selamat, dan membentuk umat yang diselamatkan.

Paham ini menyatakan bahwa Tuhan mempunyai kekuasaan mutlak atau absolute, dan berhak untuk menentukan siapa yang selamat dan siapa yang tidak. Dengan kata lain, sebetulnya tidak ada kebebasan untuk memilih, karena apabila sudah ditetapkan untuk selamat, biarpun kehidupan kita jahat, toh akhirnya akan selamat, sebaliknya, bagi mereka yang sudah di takdirkan untuk tidak selamat, walaupun berdoa sampai lututnya hancur tetap tidak selamat.

Kalau paham ini yang kita pegang, maka implikasi paham ini adalah:

1. Bagi yang diselamatkan, mereka bersyukur kepada Tuhan, tetapi bagi yang tidak diselamatkan, mereka tidak akan bisa mengatakan bahwa Tuhan itu kasih dan adil, tetapi sebaliknya kejam dan pilih kasih (tidak adil).

2. Tuhan tidak menghargai hak pilih manusia (freedom of choice) yang justru inilah yang diberikan kepada manusia, pada saat menciptakan manusia. Tuhan bisa saja menciptakan Adam yang tidak bisa memilih untuk melawan Tuhan, tetapi walaupun dengan resiko yang besar, Tuhan justru memberikan hak pilih kepada Adam.

3. Jika pada akhirnya manusia tidak bebas memilih, maka sebetulnya Kristus tidak perlu menderita di kayu salib untuk menawarkan keselamatan atas pilihan manusia, sehingga kematian Kristus menjadi sia-sia, dan menjadi sandiwara kebohongan yang terbesar, karena sebetulnya tidak ada gunanya, toh manusia sudah ditetapkan selamat atau tidak.

4. Di sorga dalam waktu kekekalan, manusia hanya berbakti karena terpaksa dan bukan atas pilihan mereka, bukan atas pergumulan dan pilihan-pilihan yang dilakukan, tetapi walaupun bersyukur, pengalaman hidupnya akan berbeda, karena semua sudah ditentukan dari mulanya.

5. Hal ini bisa membuat seseorang berpikir, mengapa Tuhan tidak menjadikan robot-robot yang tampan dan cantik-cantik, yang kerjanya hanya bisa mengangguk-angguk saja, tanpa bisa berbuat dosa, toh kalau dibuat manusia yang bisa jatuh, pada akhirnya Tuhan yang menentukan sendiri, dan manusia hanya sebagai obyek atau boneka tanpa hak pilih, dan menunggu dalangnya untuk memainkan wayang atau bonekanya. Pilihan-pilihannya hanya sekedar pemanis drama kehidupan, tetapi tidak mempunyai dampak pada kehidupan akhir mereka. Yang ditakdirkan masuk surga, ya masuk surga, dan yang ditakdirkan masuk neraka, ya masuk neraka.

Dalam hal ini, maka tidak semua mulut akan mengatakan bahwa Tuhan itu adil dan kasih.

Berbeds jika manusia bisa memilih, dan dia memutuskan untuk memilih menolak Tuhan dan pada akhirnya binasa, paling tidak dia bisa mengatakan bahwa Tuhan itu adil, karena kematiannya adalah hasil dari pilihannya sendiri, bukan karena paksaan atau takdir Tuhan.

Sekarang marilah kita merenungkan point yang kedua

1. Ciri-ciri Umat Tuhan sudah ditetapkan sebelum dunia dijadikan, dan individu-individu yang memenuhi cirri-ciri ini, akan menjadi umat Tuhan, berdasarkan pilihan mereka.

Paham ini akan membuat kita berpendapat:

1. Tuhan menciptakan manusia dengan kebebasan memilih, dan sebelum dunia dijadikan, Tuhan sudah menetapkan bahwa jika manusia jatuh ke dalam dosa, maka Tuhan akan memberikan kesempatan kedua bagi manusia, dengan mengaruniakan anak-Nya yang tunggal untuk menjadi penebus manusia.

2. Tuhan menetapkan cirri-ciri atau syarat atau kondisinya, tetapi pilihan tetap pada individu-individu tersebut, dan syarat-syarat atau kondisi ini sudah ditetapkan sebelum dunia dijadikan.

3. Apabila manusia berdosa, Yesus akan menjadi manusia dan mati sebagai Penebus manusia, dan barangsiapa (siapa saja, whoever) percaya maka orang tersebut akan mendapatkan hidup kekal.

Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Siapa saja, atau setiap orang yang percaya, tidak binasa, maka hal ini merupakan undangan terbuka, dan manusia mempunyai hak pilih untuk percaya atau tidak.

4. Individu-individu yang percaya, atas keputusan pribadi inilah yang memenuhi persyaratan, maka akan membentuk umat Tuhan.

Berikut ini adalah syarat-syaratnya:

1. Penentuan atau pemilihan kita sebagai umat-Nya, hanya berpusat kepada Kristus. Dengan kata lain hanya di dalam Dia, Allah memilih kita, atau menjadikan kita umat-Nya, diluar Kristus tidak ada keselamatan dan kita bukanlah umat-Nya.

Syarat ini sudah ditetapkan sebelum dunia dijadikan, yaitu barangsiapa yang percaya kepada Yesus, akan mendapatkan hidup yang kekal.

Inilah takdir itu, yaitu Tuhan telah menetapkan “KITA” yaitu orang yang beriman atau menerima pengorbanan Kristus menjadi anak-anak-Nya karena kita percaya kepada-Nya sesuai dengan Yoh 3:16.

Hal ini berlaku umum, dan Tuhan sudah menakdirkan bahwa semua yang percaya adalah anak-anak-Nya. Hal ini adalah suatu janji dan kepastian bagi setiap orang, bukan bagi orang yang dipilih saja.

Tuhan memilih atau menentukan sifat-sifat kelompok umat-Nya, tetapi kelompok ini terbentuk atas pilihan individu-individu.

Sebagai ilustrasi: Misalnya ada panitia mengumumkan bahwa orang-orang muda akan pergi mendaki kaki gunung Semeru yaitu ke Ranu Kumbolo, dengan syarat sbb:

1. Akan bermalam 1 malam

2. Berangkat hari Minggu tepat jam 5.00 pagi

3. Biaya per orang Rp. 100.000,-

4. Tenda dan selimut diusahakan masing-masing, tetapi disediakan Porter untuk membawa bekal kita.

5. Beras akan disediakan panitia, tetapi air minum masing-masing.

6. Dan kelompok ini dinamai “Pendaki Gunung Pemula”.

Inilah syarat-syarat atau sifat atau karakter atau kondisi, yang telah ditetapkan, tetapi panitia tidak menetapkan terlebih dahulu, bahwa Si A. boleh ikut, si B. tidak boleh ikut, si D. tidak boleh ikut, dan si C. boleh ikut.

Setiap individu bisa memutuskan apakah mau ikut atau tidak. Apakah bisa bangun jam 4.00 pagi dan berangkat jam 5.00. Apakah hari Minggu memang free atau ada janji yang lain. Apakah membayar Rp. 100.000,- tidak ada masalah, dan mengusahakan tenda dll, juga tidak masalah.

Pada saat individu-individu ini memutuskan untuk ikut dan telah memenuhi semua syaratnya, maka dia akan tergabung dalam kelompok “Pendaki Gunung Pemula”.

Dengan demikian Tuhan sudah menakdirkan atau memilih syarat-syarat umat-Nya, yaitu kita akan menjadi anak-anak-Nya jika kita memenuhi syaratnya, yaitu percaya atau menerima Kristus, dan hal ini sudah ditetapkan jauh sebelum dunia dijadikan.

Dengan pengertian ini marilah kita membaca ayat utama kita:

Efesus 1:4-5:

Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, “ (LAI)

Jadi sebelum dunia ini dijadikan, maka Tuhan sudah menetapkan tujuan dari kelompok umat-Nya. Yaitu supaya kita kudus dan tak bercacat dihadapan-Nya. Kata “kita” disini bukanlah individu-individu, tetapi umat Tuhan, yaitu kelompok yang dengan sifat-sifat yang ada. dan hal ini hanya bisa terjadi di dalam Kristus sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya (ayat 5).

Mengapa disebut sesuai dengn kerelaan kehendak-Nya, karena hal ini dilakukan karena kasih-Nya. Manusia harus mati karena berdosa dan Tuhan tidak harus menebus, tetapi Tuhan MAU menebus karena kasih-Nya, malahan hal ni sudah dirancang, jauh sebelum manusia jatuh.

Dari rancangan-Nya inilah, maka individu-individu bisa MEMILIH sesuai dengan kebebasan memilihnya untuk PERCAYA dan menerima Dia.

2. Apabila hal ini yang terjadi, maka semua mulut akan bisa mengatakan bahwa Tuhan itu adil dan kasih, karena kalau kita selamat hal itu karena inisiatif Tuhan, dengan merencanakan Penebusan, yang dibayar dengan darah yang sangat mahal. (kalau darahnya Michael Jackson masih murah, dibanding dengan darah Pencipta jagad raya yang maha luas ini). Dan kalau kita TIDAK SELAMAT maka hal itu adalah karena keputusan kita sendiri, karena menolak jalan keselamatan yang disediakan.

3. Paham ini jelas bertolak belakan dengan Predestination, karena kalau predestination, maka kalau kita tidak selamat bukan karena pilihan atau kesalahan kita, tetapi karena tidak adilnya Tuhan, yaitu Tuhan yang pilih kasih.

Kalau begitu apakah PREDESTINASI itu?

Arti Predistinsi adalah “Menentukan sebelumnya” dan itu untuk maksud-maksud Allah dan didalamnya terkandung apa yang akan terjadi pada umat-Nya.

Tuhan sudah mempredestinasi umat-Nya (bukan individunya), yaitu bahwa sidang-Nya akan disucikan, akan dimuliakan, akan dijadikan serupa dengan Anak-Nya, akan dijadikan kudus dan tak bercela.

Dan hal-hal tersebut di atas itulah cirri-ciri yang sudah ditentukan oleh Tuhan, malahan tidak bisa di tawar lagi.

Tetapi dalam hal ini, Tuhan tidak melakukan Predestinasi, untuk pilihan-pilihan individu-individu, karena hal ini bergantung kepada keputusan masing-masing.

Sebagai ilustrasi agar lebih jelas, maka saya memakai analogi sebuah kapal yang berlayar ke sorga. Kapal itu (gereja) dipilih oleh Allah untuk menjadi milik-Nya sendiri. Kristus adalah Kapten dan Nahkoda kapal tersebut. Saya bisa bayangkan dengan kapal milih Tuhan, dan kapten serta nahkodanya Tuhan Yesus, pasti akan sampai di sorga. Dan Tuhan sudah melakukan predestinasi, bahwa sifat-sifat atau keadaan kapal itu, dan juga sudah ditentukan akan sampai di tujuan (sorga).

Kapal sudah disediakan, dan undangan disebar, barangsiapa mau ikut ke sorga, maka setiap orang bisa ikut dengan karcis atau tiketnya IMAN. (Tetapi iman yang hidup kepada Kristus lho). Oleh iman itu mereka dapat naik ke kapal tersebut. Selama mereka berada di kapal, mereka inilah orang-orang terpilih, karena memang dari dulu sejak sebelum dunia dijadikan sudah disebutkan, mereka yang beriman kepada Kristus adalah umat pilihan. Inilah predestinasi itu, yaitu siapa yang tergabung dalam kapal itu adalah umat pilihan. Jadi kalau kita tinggal di kapal, dengan nahkodanya Tuhan Yesus, maka sudah dipastikan kita akan mencapai predestinasi Tuhan, yaitu kudus, tidak bercela, selamat dsb.

Jika kita memilih untuk meninggalkan kapal, maka kita bukan lagi menjadi orang terpilih, karena umat pilihan Tuhan ini hanya terjadi dan sangat tegantung kepada hubungan pribadi umat-Nya dengan Kapten atau Tuhan Yesus sendiri.

Tuhan mengundang semua orang untuk naik ke kapal keselamatan-Nya oleh iman, sesuai dengan Yoh 3:16. – Setiap orang yang percaya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Dan kalau dicerna, maka ayat besar kita yaitu Yoh 3:16 TIDAK MENGATAKAN. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang telah ditentukan untuk tidak binasa, akan beroleh hidup yang kekal.

Justru himbauan atau undangan kepada setiap orang untuk percaya.

Mudah-mudahan dapat menjadi bahan renungan tambahan

David Elisafan – Malang, 28 October 2009

KASIH DAN KEADILAN TUHAN DALAM MEBINASAKAN MANUSIA

Sering sekali seseorang bertanya, mengapa Tuhan dalam Perjanjian Lama dan Tuhan dalam Perjanjian Baru berbeda.

Tuhan dalam Perjanjian Baru memerintahkan “Kasihilah Musuhmu”, sedangkan Tuhan dalam Perjanjian Lama bersabda “Bunuhlah Musuhmu.”

Apakah sifat Tuhan berubah, sehingga kata-kata yang mengatakan “Tuhan tidak berubah”, tidak bisa diaplikasikan kepada Tuhan kita.

Lebih dalam lagi, bisa-bisa seseorang mengatakan bahwa “INJIL KESELAMATAN” berbeda, bukan lagi “THE EVERLASTING GOSPEL” atau “INJIL YANG KEKAL”, melainkan “INJIL SESUAI ZAMAN.”

Di dalam memandang masalah pembantaian manusia, baik secara langsung ataupun tidak langsung oleh Tuhan, maka kita harus melihat bukan saja peristiwa di luarnya saja yang terjadi, tetapi di balik semua itu.

Sebagai “LANDASAN UTAMA” marilah kita merenungkan hal-hal dibawah ini:

1. Tuhan itu Maha Kasih - dan ini adalah sifat Tuhan yang menonjol yang dinyatakan kepada kita, dan termasuk Tuhan yang Panjang Sabar. Hal ini dinyatakan pada saat Musa ingin bertanya mengenai Nama (sifat) Tuhan.

Kel 34:6 Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,

Kel 34:7 yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat."

Bukan saja melalui peristiwa ini, tetapi dari mulanya pada saat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, Tuhan mencari mereka, dan memberikan jalan kelepasan yang tidak bisa direnungkan oleh manusia.

Allah memberikan Anak-Nya yang tunggal, bukan meminjamkan, tetapi memberikan. Yesus tetap memakai kemanusiaan dan tidak bisa berada dimana-mana pada saat yang sama, dan Dia kehilangan hal ini demi keselamatan manusia yang berdosa ini.

Marilah kita merenungkan sedikit bagian ini agar kita bisa menyadari ‘KASIH TUHAN BAGI MANUSIA.”

Berapa banyak Galaksi yang bisa dilihat oleh Hubble Telecope – lebih dari 100 milyar Galaksi, malahan dengan simulasi super computer di Jerman bisa melebihi 500 milyar Galaksi. Berapa banyak bintang di satu Galaksi, contohnya Galaksi kita Bima Sakti, diperkirakan ada 400 milyar bintang atau matahari. Besarnya matahari kita adalah 1.300.000 kali bumi. Dengan demikian besarnya jagat raya ini, tidak bisa dipikirkan oleh manusia. Matahari kita ini kecil dibandingkan dengan bintang-bintang yang lain, seperti Rigel, atau Betelgeuse, tetapi sudah sangat besar, dan hanya 1 di antara 400 milyar di Bima Sakti padahal ada lebih dari 500 milyar galaksi. Jarak antar bintang dan galaksi saja di luar jangkauan manusia

Tangan yang menciptakan semua ini, yang begitu berkuasa, dan mulianya tidak terkirakan, inilah yang dikaruniakan kepada kita, dan mati tersiksa di kayu salib. Semua malaikat heran melihat Panglima besarnya, Pencipta yang maha mulia, Tuhan semesta alam, mati di tangan manusia yang sebetulnya sudah seharusnya mati karena berdosa. Hanya karena kasih Allah inilah maka rencana keselamatan dibuat, dan ditujukan kepada manusia, walaupun harus mengorbankan Anak-Nya yang tunggal.

Kalau Michael Jackson mati, maka petinya dari emas, rasanya seluruh dunia kehilangan, dan darahnya sepertinya begitu mahal, demikianjuga Lady Di pada saat mati, yang dielu-elukan seluruh dunia, tetapi Yesus yang darah-Nya adalah darah Pencipta yang mulia mati, tidak banyak yang menangisinya. Tetapi masih banyak yang meragukan kasih-Nya dan kasih Bapa-Nya.

2. Tuhan itu Maha Adil – Orang yang berdosa harus mati, dan orang jahat harus menerima akibat hukumannya.

Inilah adalah salah satu sifat Tuhan yang tetap harus dijunjung. Tanpa keadilan maka pemerintahan Tuhan akan hancur. Mungkin tidak hancur dalam arti fisik, tetapi hancur dalam makna. Kalau selama-lamanya (bukan 100 tahun atau 1 triliun tahun, tetapi selama-lamanya) kita berbakti karena takut, karena tidak ada keadilan dan kasih, maka kita tidak akan kerasan di sorga. Kalau berbakti karena takut selama-lamanya, maka hal ini bukanlah menjadi kesenangan, tetapi beban yang tidak berani diucapkan.

Keadlian-Nya inilah yang menjamin hak-hak setiap mahluk ciptaan-Nya.

3. Tuhan tidak menghendaki kematian seorang Fasik pun. – Apabila Tuhan sudah rela memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk umat manusia, dan Dia rindu agar manusia beriman atau menerima Anugerah ini, serta imannya bekerja oleh kasih, sehingga mengubahkan umat-Nya, dan menjadi penurut, maka hal ini juga harus kita percayai dengan landasan yang benar.

4. Masih banyak sifat-sifat Tuhan yang lain, tetapi kita batasi saja kepada ketiga sifat di atas sebagai LANDASAN untuk membahas apakah Tuhan itu Teroris, dan Mengapa meminta orang Israel untuk membunuh.

Saya mulai dengan sifat Tuhan, pada beberapa peristiwa:

Peristiwa kehancuran Sodom dan Gomora: Kita tahu bahwa Abraham melakukan tawar menawar mulai dari 50 sampai 10 orang benar (Kej 18). Dan jawaban Tuhan: Kej 18:32 Katanya: "Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?" Firman-Nya: "Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu."

Dengan demikian tidak ada orang yang benar selain Lut, dan kedua anaknya perempuan, sebab istrinya pun menjadi tiang garam.

Kalau masih ada jiwa-jiwa yang mungkin untuk bertobat, Tuhan tidak akan menghancurkan Sodom dan Gomora, tetapi Tuhan tahu bahwa pikiran mereka JAHAT SEMATA-MATA (Baca ceritanya keinginan orang Sodom terhadap tamu atau malaikat Tuhan).

Orang-orang Sodom adalah orang-orang jahat yang cawan kejahatannya sudah penuh. Tidak ada lagi pikiran di hati mereka untuk bertobat, sehingga mati sekarang atau nanti akan sama saja, dan dalam KASIH DAN KEADILANNYA, maka Tuhan membinasakan mereka.

Dalam KEADILANYA, karena mereka memang orang JAHAT yang sudah sepantasnya untuk menerima HUKUMAN.

Dalam KASIHNYA, karena Tuhan ingin menyelamatkan umat-Nya, agar rencana keselamatan bisa sampai kepada generasi berikutnya, atau belajar dari pengalaman Sodom dasn Gomora, agar kita pada akhirnya bisa selamat.

Ingat peristiwa Air Bah. Terbukti bahwa Tuhan benar dalam memusnahkan manusia yang hanya jahat semata-mata. 120 tahun Nuh menghimbau, tetapi terbukti TIDAK ADA YANG MENGHIRAUKAN PANGGILAN INI, karena HATI MEREKA ADALAH JAHAT SEMATA-MATA.

Tetapi dalam Kasih-Nya yang besar, Tuhan ingin agar manusia bisa selamat (yaitu saudara dan saya), maka Tuhan menyelamatkan Nuh dari kejahatan dunia.

Untuk menekankan kerinduan Tuhan dalam menyelamatkan manusia yang jahat, maka kita tahu dalam peristiwa Yunus dan Niniwe. Yunus sebetulnya ingin orang Asyria dimusnahkan karena beigu jahatnya. Saya pribadi (pendapat pribadi), percaya bahwa nenek moyang Yunus banyak yang dianiaya oleh orang Asyria, dan Yunus senang kalau hukuman itu tertimpa mereka, tetapi sejahat-jahatnya manusia, kalau masih ada kesempatan untuk bertobat Tuhan justru yang lebih mengutamakan keselamatan manusia.

Yun 4:8-11 Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup." (9 ) Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati." (10) Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. (11) Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"

Jadi kita tetapkan dulu sifat Tuhan.

Yeh 18:32 Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!"

Eze 33:11 Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?

2Pet 3:9 Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.

Sekarang mengarah kepada JAWABAN dari pertanyaan Apakah Tuhan Teroris.

Jika Tuhan tidak menghendaki seorang jahatpun BINASA, melainkan merindukan “PERTOBATAN” agar bisa selamat. Pada saat Tuhan mengetahui bahwa bangsa-bangsa di sekitar Israel yang terkenal jahatnya harus dibinasakan, apakah Tuhan dengan senyum kepuasan membunuh mereka semua, ataukah dengan HATI YANG HANCUR, karena MANUSIA TIDAK MENGHARGAI KASIH DAN PENGORBANANNYA SAMPAI MENYERAHKAN ANAKNYA YANG TUNGGAL.

Renungkan dalam-dalam akan hal ini. Tuhan terpaksa melakukan AMPUTASI, untuk menyelamatkan UMATNYA, agar rencana keselamatan bisa sampai kepada umat manusia.

JANGAN LUPA dalam pertentangan besar antara TUHAN dan SETAN, maka SETAN akan berusaha menghancurkan UMAT TUHAN dan juga MENGHANCURKAN KRISTUS.

Wah 12:4 Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya.

Di dalam kasih dan keadilan-Nya Tuhan terpaksa berbuat demikian, dan jika kita hanya melihat dari luarnya saja, tampaknya Tuhan itu teroris. Tetapi apabila anda mengerti hati Tuhan, maka jiwa kita akan hancur karena ketegartengkukan manusia, sehingga memaksa Tuhan melakukan sesuai dengan Kasih dan Keadilan-Nya.

Masih segar dalam ingatan kita seorang bernama Ramlan, yang terimpa balok 6 ton, pada saat gempa bumi di Padang, dan setelah ditinggal teman-temannya menyelamatkan diri, akhirnya 4 atau 6 (saya lupa) temannya datang kembali, dan mencoba mengangkat balok 6 ton, tetapi tidak bergerak sama sekali, dan akhirnya untuk menyelamatkan diri, dia meminta teman-temannya untuk memotong kakinya, tetapi teman-temannya tidak tega, akhirnya demi menyelamatkan dirinya, dia harus memotong kakinya sendiri.

Jangan dikira, Ramlan senang dan puas dengan amputasi ini. Pasti dilakukan dengan SAKIT DAN SEDIH. Demikianlah Tuhan harus melakukan-Nya dengan kesedihan yang sangat dalam. Kejahatan kitalah (manusia) yang memaksa Tuhan melakukan hal itu.

PERTANYAAN KEDUA: MENGAPA HARUS ORANG ISRAEL.

Kel 3:8 Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.

Inilah rencana Tuhan untuk melepaskan umat Israel dari penindasan Mesir yang kejam, agar bisa berbakti kepada Tuhan, termasuk menyucikan hari Sabat.

Pada saat itu, bangsa-bangsa itu kejam dan bengis, dan motonya adalah “killed or to be killed”. Kalau orang Israel tidak melenyapkan mereka, maka orang Israellah yang dilenyapkan, dan termasuk Rencana Keselamatan melalui pengorbanan anak domba. Walaupun pada akhirnya Israel dengan sangat disesalkan menolak Tuhan, tetapi Tuhan tetap setia pada janji-Nya.

Tuhan membelokkan arah perjalanan orang Israel ke Padang Haran yang lebih sukar, karena kalau melalui jalan bangsa Filistin, Tuhan tahu bahwa orang Israel belum siap untuk beperang (membela diri). Dan untuk bisa tetap hidup (exist), maka bangsa Israel harus bisa mempertahankan diri, dan salah satu cara mempertahankan diri, adalah dengan MEMBUNUH musuh-musuhnya. Saya pribadi merasa bahwa lebih nyaman bagi orang Israel untuk bercocok tanam, dan membangun, tetapi kita tahu, membangunpun harus membawa senjata, karena setiap saat diserang oleh musuh.

Neh 4:17 yang membangun di tembok. Orang-orang yang memikul dan mengangkut melakukan pekerjaannya dengan satu tangan dan dengan tangan yang lain mereka memegang senjata.

Disamping itu ada pelajaran kerohanian yang perlu disimak dari peristiwa ini.

Orang Israel harus juga menurut apa yang diperintahkan Tuhan.

Memang sangat nyaman kalau semua sudah dilakukan Tuhan, dan kita terima saja tanpa harus bergumul.

Semua orang mau menjadikan Kristus sebagai Juruselamat, tetapi tidak mau menjadikan Dia sebagai Raja, yang harus kita ikuti perintah-Nya.

Tetapi Tuhan meminta orang Israel untuk meletakkan darah di daun pintu, sebagai tanda iman mereka. Ny. White mengatakan, tidak cukup bahwa domba itu hanya disembelih, tetapi darahnya harus dibubuhkan pada tiang pintu. Tidak cukup Kristus mati di kayu salib, tetapi harus kita terima dalam kehidupan pribadi.

Oleh sebab itu Yoh 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

Gampang untuk tinggal di dalam Dia, karena dengan berdoa, belajar firman-Nya, mengabar Injil, kita tinggal di dalam Dia, tetapi membiarkan Dia tinggal di hati kita, bukan masalah mudah, membiarkan hanya kehendak Dia yang kita jalankan bukanlah hal yang mudah.

Israel harus balajar untuk menuruti Tuhan demi kelangsungan hidup mereka, walaupun harus melakukan PEMBANTAIAN, kalau kita memakai istilah yang kasar dan keras.

Dan sebagai mana juga disebutkan pada zaman itu adalah zaman Teokrasi, dan Tuhan langsung membunuh mereka yang memang dalam hatinya tegar tengkuk dan tidak percaya.

2Sam 6:7 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.

Lebih enak kita, karena kita tidak hidup pada masa Teokrasi, walaupun ada enaknya melihat pimpinan Tuhan langsung melalui tiang awan dan api, dan membelah laut, tetapi kita harus hidup serius tidak main-main.

Kemudian pertanyaan berikutnya: “Kenapa harus dimusnahkan.

Kalau tidak dimusnahkan, maka akan timbul dua masalah. Kita harus jujur, bahwa kita berhubungan dengan orang yang disebut sebagai orang yang jahat dalam arti kata, tidak mempercayai Tuhan.

Pada masa itu perang silih berganti, antara Israel, Filistin, Amalek dan melewati beberapa generasi.

Pengaruh yang ada adalah dua:

  1. Israel terkontaminasi melalui peleburan dan perkawinan
  2. Israel selalu menghadapi masalah balas dendam, sehingga kehidupan mereka selalu dirongrong dengan ketidak pastian. Dan Tuhan mengapa hanya yang wanita perawan saja yang dibiarkan hidup, karena turunan mereka menjadi turunan Israel, bukan turunan musuh Israel.

Demikianlah ikut-ikutan nimbrung saya, dan saya harus akui, kalau diuraikan lebih dalam akan lebih panjang lagi, tetapi biarlah hal ini bisa menjadi bahan renungan tambahan.

David Elisafan – Malang 26 October 2009